Pulau Sumatera, di Indonesia
Pulau besar paling kiri adalah Sumatera, tempat dimana orang Batak tinggal.
Pengantar
Cerita ini adalah gambaran yang sangat kecil tentang bagaimana Injil masuk dan berakar di antara kelompok-kelompok etnis yang berkaitan erat yang mendiami sebuah provinsi di Indonesia di pulau Sumatera, yang sekarang dikenal sebagai Sumatera Utara. Kelompok-kelompok etnis tersebut secara bersama-sama ada dalam satu kelompok, yang sekarang dikenal sebagai orang Batak.
Orang Batak dulunya adalah kanibal dan mengikuti berbagai bentuk ilmu sihir dan animisme. Saat ini orang Batak telah menjadi kesaksian yang luar biasa akan anugerah dan kemurahan Tuhan.
Bahkan dengan kegerakan besar yang telah terjadi di antara orang Batak, pulau Sumatera, dengan populasi 52 juta orang, masih dianggap sebagai pulau yang paling belum terjangkau di dunia. Selama berabad-abad para misionaris mendapati orang-orang di pulau ini sangat tidak bersahabat, dan bahkan hari ini, unsur-unsur Islam yang paling radikal dapat ditemukan di Sumatera.
Beberapa misionaris yang pertama dimakan
Pada tahun 1833, the American Board of Commissioners for Foreign Missions (Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri) mengirim dua misionaris perintis ke pulau Jawa: Samuel Munson dan Henry Lyman.
Setibanya mereka di Batavia (sekarang Jakarta), dan setelah mereka mengatur keluarga mereka untuk tinggal di rumah, Munson dan Lyman meninggalkan keluarga mereka ketika mereka berlayar ke Padang di pantai barat Sumatera pada bulan April 1834. Dari Padang mereka bergerak melalui pesisir pantai menuju Sibolga di mana mereka membuat rencana untuk pindah ke pedalaman ke daerah di mana orang Batak tinggal.
Pada hari Senin, 23 Juni 1834, Munson dan Lyman, ditemani oleh “seorang penerjemah, seorang juru masak, dua orang pribumi, dan sepuluh kuli”, memulai perjalanan mereka ke pedalaman. Setelah bertemu dengan orang Batak yang ramah, mereka bermalam di desa mereka. Seorang radja (kepala desa) yang bersahabat memperingatkan mereka untuk tidak melanjutkan perjalan sampai dia memutuskan terlebih dahulu apakah hal itu aman bagi mereka. Para misionaris mengabaikan nasihat itu, dan mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada malam hari tanggal 28 Juni 1834, mereka menjumpai barikade yang dijaga oleh orang-orang bersenjata. Kemudian terjadi penyerangan yang dilakukan oleh dua ratus orang Batak bersenjata dari samping dan belakang. Para kuli dan penerjemah melarikan diri ke dalam hutan. Saat itulah Lyman ditembak, dan Munson dibunuh dengan tombak. “Mayat kedua misionaris itu dibawa ke desa Si Sakkas di mana mereka dimakan.”
Tugu peringatan Martir untuk Henry Lyman dan Samuel Munson
Tampilan dekat tugu peringatan di atas, menunjukkan serangan terhadap Henry Lyman dan Samuel Munson
Rasul orang Batak
“Darah Para Martir adalah Benih Gereja” —Tertullian
Pada tanggal 6 Februari 1834, tahun yang sama ketika darah Samuel Munson dan Henry Lyman tumpah, Ludwig Nommensen lahir di Nordstrand Schleswig. Dia kemudian dikenal sebagai “Rasul Orang Batak,” karena melalui dia dan misionaris lain dari Rhenish Mission Society of Wuppertal, Jerman, orang Batak diinjili.
Ludwig Nommensen (1834 – 1918)
Apa yang Terjadi
“Saya memulai pertempuran di sini yang telah dimenangkan oleh Tuhan Yesus sejak lama.” –Ludwig Ingwer Nommensen
Pada tahun 1862, Ludwig Nommensen, dari German Lutheran Rhenish Missionary Society, mulai bekerja di antara orang-orang Batak Toba.
Nommensen menetap di antara orang Batak Toba di wilayah Sipirok, Sumatera Utara dan membaptis petobat baru pada tahun 1865.
Bersama misionaris PH Johannsen dan A. Mohri, Nommensen bertahan terhadap perlawanan dukun animis setempat dan upaya mereka untuk mencegah penyebaran Injil
Setelah tujuh tahun pekerjaan penginjilan, orang-orang Kristen Batak berjumlah 1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudian – pada tahun 1881 – jumlahnya naik menjadi sekitar 6.250. Pada tahun 1918, ada 185.731 orang Kristen di wilayah Sumatera Utara.
Saat ini, gereja yang didirikan oleh Nommensen adalah denominasi Kristen terbesar di Indonesia – Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan jumlah anggota dibaptis sekitar 4 juta orang.
Pada tahun 1885 Nommensen pindah ke utara, merintis di wilayah Danau Toba, dan beberapa tahun kemudian ia memperluas pekerjaan ke Batak Simalungun. Dia memperkuat pelayanannya dengan mendirikan sekolah lanjutan, rumah sakit, dan seminari teologi.
Daerah tempat Ludwig Nommensen bekerja di antara orang Batak.
Batak Pejuang
Hasil Kebangukan Rohami
►Pada tahun 1868, sebuah seminari lokal untuk pendidikan guru dibuka di Sipirok.
►Pada tahun 1877, dibangun seminari pendidikan pengkhotbah di Pansur Napitu.
►Pada tahun 1885, hamba-hamba Tuhan Batak pertama ditahbiskan di Pearaja Tarutung, di mana kantor pusat HKBP berada sampai sekarang.
►Pada tahun 1889, the Rhenish Mission mengirim Hester Needham yang mulai bekerja dengan perempuan muda dan dewasa dan kemudian menetapkan diaken-diaken perempuan Batak pertama.
►Pada kuartal terakhir abad ke-19, lebih banyak misionaris dari Rhenish Mission Society dikirim ke suku Batak lainnya (Angkola, Dairi, Simalungun, Karo, Pakpak).
►Pada tahun 1922, Sinode Umum pertama dari semua jemaat Batak diadakan. Pada tahun 1931, HKBP menjadi badan Kristen mandiri pertama yang berpemerintahan sendiri di wilayah yang saat itu bernama Hindia Belanda.
►Pada tahun 1977, Sekolah Tinggi Teologi (STT or “Seminari Teologi”) HKBP berpisah dari Universitas Nommensen.
► Tarutung dan wilayah orang Batak tetap merupakan kubu pertahanan untuk HKBP di Indonesia, negara mayoritas Muslim, meskipun jemaatnya dapat ditemukan di seluruh Indonesia dan Amerika Serikat.
►Kelompok etnis Batak memiliki populasi sekitar 8,5 juta orang, dengan 65% menjadi Kristen.
►Sekolah-sekolah yang dimulai oleh tim Nommensen memberi keuntungan luar biasa bagi orang Batak dalam perdagangan dan pekerjaan mengajar di seluruh kepulauan Indonesia, serta sekarang dalam kepemimpinan nasional Indonesia.
►Alkitab diterjemahkan (NT – 1869; OT – 1891).
►Pada tahun 1954, lama setelah the German Mission Society (Lembaga Misi Jerman) meninggalkan pulau Sumatera, Nommensen dikenang sebagai nama sebuah universitas baru – Universitas Nommensen.
►Nommensen adalah misionaris terkemuka di antara orang Batak 1864-1918 (54 tahun) dan ketua dari the Rhenish Batak Mission (Misi Batak Rhenish) dari tahun 1881.
►Setelah kematian Nommensen, pada 23 Mei 1918, gereja Batak memiliki 34 pendeta, 788 guru-pengkhotbah, dan 180.000 anggota di lebih dari 500 gereja lokal. Tulisan-tulisannya yang diterbitkan termasuk terjemahan ke dalam bahasa Batak: Katekismus Kecil Luther (1874), Perjanjian Baru (1878), Cerita Alkitab (1882), tiga buklet, dan sekitar empat puluh artikel pendek dan kontribusi tulisan untuk jurnal misi
►Pada tahun 1940, setelah lima puluh tahun, hanya ada 5.000 anggota dari Gereja Batak Karo. Pada tahun 1964, jumlahnya meningkat menjadi 30.000. Antara Juni 1966 dan November 1967, ada 25.000 petobat baru yang ditambahkan selama sebuah kebangunan rohani.
►Gereja Batak Toba pada tahun 1967 memiliki 819.000 anggota, dengan 85.000 orang Batak Simalungun dan 50.000 Batak Karo.
Desa Batak
Sumber
►A Biographical Study of Ingwer Ludwig Nommensen oleh Martin E. Lehmann
►Batak oleh Encyclopedia.com
►Batak Christian Protestant Church oleh Wikipedia
►Evangelical Awakenings in The South Seas oleh J. Edwin Orr
►‘God First,’ or Hester Needham’s Work in Sumatra Her Letters and Diaries Arranged oleh Mary Enfield
►Henry Lyman oleh Wikipedia
►Nommensen, Igwer Ludwig oleh Boston University School of Theology
►Samuel Munson oleh Wikipedia
►Sejarah Munson & Lyman Masuk ke Tanah Batak oleh Majulah Taput
►Story of Ludwig Nommensen oleh Bishop Bill Gafkjen
►The Legacy of Ingwer Ludwig Nommensen oleh Lothar Schreiner
►The Revival in Indonesia oleh Kurt E. Koch
►Utusan Damai di Kemelut Perang oleh Uli Kozok
Rumah Tua Batak
Kembali ke Daftar Kisah Kebangkitan
Penerjemah: Rudy
Chet & Phyllis Swearingen:
Office: (260) 920-8248
romans1015@outlook.com
Beautiful Feet
P.O. Box 915
Auburn, IN 46706
